Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Takaran Cantik

Surabaya, 23:00 WIB. 20 November 2017 Takaran Cantik Kemarin kawanku bertanya, “Apakah kamu merasa dirimu cantik?”. Tentu saja aku kaget mendengarnya. Ada apa dengan anak ini, tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang membuat wanita merasa risih. Aku hanya diam. Tak tahu harus ku jawab apa. Kemudian, dia beranya kembali, “Oke, gini aja aku ganti pertanyaanku. Apakah hidupmu selama ini berjalan lancar tanpa hambatan?” Hah? Tentu saja tidak! Yang benar saja... ”Bukannya sudah jelas kalau tidak ya. Banyak hambatan di setiap perjalananku,” jawabku dengan sedikit ekspresi geli mendengarkan pertanyaannya. Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku tersebut. Ada apa dengan anak ini? Gila. Kutunjukkan wajah bingungku padanya. “Hahaha, maaf, maaf. Itu artinya dirimu kurang cantik,” jawabnya. Ya Tuhan, sungguh menyebalkan ketika yang mengatakan hal tersebut adalah seorang pria. “Kamu sadar gak sih. Ukuran yang tepat untuk memastikan bahwa kamu cantik atau tidak adalah dari alur hidupmu...

Hujan Turun dan Sewindu

Surabaya, 06 November 2017. 21:30 WIB. Hujan Turun, Dia kawanku, yang bernyanyi dengan amat keras, yang menggila di sepanjang jalan. Aku tahu dia sedang pilu. Menahan rasa untuk wanita yang meninggalkannya begitu saja. Dia umumkan rasa sakit itu pada semua orang. Mungkin mereka akan menganggapnya gila. Tidak dengan diriku. Kuikuti semua lagu yang dia lantunkan. Aku rasa, aku paham dengan perasaannya. Waktu Hujan turun, di sudut gelap mataku Begitu derasnya ‘kan kucoba bertahan -(Sheila On 7-Hujan Turun) Sewindu, Entah sudah berapa lama rasa itu menyelubungi dirinya. Entah sampai kapan dia akan membiarkan rasa sakit itu. Seperti seorang pecundang, dia hanya bisa mengumumkan pada dunia bahwa saat ini rasa sakit yang dia rasakan bukan main. Dan aku, menangis untuknya, untuk dirinya yang tak dapat meneteskan air mata. Semoga ini dapat meredam rasanya. Sesaat dia datang Pesona bagai pangeran dan beri kau harapan Ku halang cinta dan masa depan Engkau lupakan aku, semua usaha...

Bisikan Pertiwi

Gambar
21 Okt 2017 Surabaya, 15:04 WIB. 23/10/17 Bisikan Pertiwi Alam berbisik lirih di telingaku. Andai kamu tahu, dia sedang bersedih dalam warna sendu. Dia sedang mengantar kepergian mentari. Tebing yang tadinya terlihat gagah pun ikut menunduk. Ini, saatnya dia mengadu pada ibu. Ibu pertiwi meringkih kesakitan tapi dia tetap dalam ketenangannya. Ia tahu bukan hanya dia yang bersedih, tapi anaknya juga. Dengan cara lain. Tebing marah melihatku berada disini. Seperti ada dendam. Seperti aku telah membunuh sanak saudaranya. Laut meronta seperti bayi yang menginginkan ASI. Berharap manusia bisa seperti ibunya yang tahu dengan bahasa isyarat yang dia berikan. Aku hanya diam dan mencoba bersimpati pada mereka. “Nak, kamu harus tahu, kami membenci manusia. Sebaik apapun mereka. Tapi kami tidak bisa berbuat banyak. Ini takdirku dan anak-anakku. Aku hanya bisa diam dan bersedih. Si Laut selalu meronta dan Tebing selalu menjadi pemarah akhir-akhir ini. Semenjak kakaknya digunduli , dipenggal, d...

Empat Tahun Lalu

Gambar
Surabaya, 23:06 WIB 18/10/17 Dia liar. Seperti menari mengikuti irama dan lagu di lapangan. Aku melihatnya bebas. Permainan raket selalu membesarkannya. Shuttlecock dibuatnya terbang seperti jet dan jatuh mendarat di daerah lawan. Dia tersenyum kepadaku. Akhirnya aku melihat dirinya yang sesungguhnya. - empat tahun lalu 2013

Sirine

Gambar
D29 -10 Jan 2017 Surabaya, 22:49. 15/10/17 SIRINE Sirine, sang penanda keburukan. Bunyi yang memekakkan telinga. Hanya diam dengan tatapan kosong ketika kau melihatnya lewat di depan matamu. Mungkin saja ada hal buruk terjadi. Bahkan, bunyi sirine menjadi awal dimana saya mulai melontarkan kata “jancuk”. Dan terngiang untuk beberapa bulan. Bisa saja dia menjadi penanda kesedihan yang amat mendalam. Tapi sirine juga menjadi penanda saya menjadi orang yang lebih baik.

Ketakutanku

Surabaya, 11 Oktober 2017. 22:48 WIB. Ketakutanku Aku bertanya apapun yang tidak aku mengerti. Tentang agama, tentang Tuhan. Dan mereka, meng-judge-ku seperti seolah aku meragukan Tuhan. Beberapa di antara mereka menjawab, "Sudah berhentilah mempertanyakan dan mempermasalahkan hal tersebut. Ilmu yang kamu miliki, otak yang kamu punya tidak akan mampu melakukan hal tersebut. Hanya Tuhan yang tahu." Aku pun takut dengan pertanyaan-pertanyaan yang aku buat sendiri.

Tidak Ada yang Lebih Baik

Surabaya, 11 Oktober 2017. 22:11 WIB. Tidak Ada yang “Lebih Baik” Baru saja temanku datang ke kamarku. Dia bercerita tentang temannya. Katanya, temannya bertanya kepadanya, “Memangnya apa yang kalian lakukan (beribadah) kepada Tuhan lebih baik daripada aku?” Tentu saja aku kaget mendengar cerita temanku tersebut. Pertanyaan itu sama persis dengan apa yang aku tanyakan kepada teman sekamarku kemarin. Kemarin aku memikirkan tentang agama. Jujur saja, aku benci ketika mereka merasa agama mereka paling benar sehingga mereka tidak ingin peduli kepada mereka yang beragama lain atau yang berbeda dengan mereka. Di perguruan tinggi ini aku belajar banyak tentang orang lain. Meski aku bukan kuliah di jurusan psikologi, setidaknya aku tahu tentang orang lain. Bagaimana membaca sifat orang lain dari tingkah lakunya. Belajar berpikir positif tapi tak lupa untuk selalu mengkritisi sesuatu. Dan pertanyaan itu muncul ketika aku melihat sesorang yang menganggap rendah orang lain karena mereka merasa le...

Fatamorgana

Gambar
Wedi Ireng Jember, 20:51 WIB 14/08/17 Fatamorgana: Kisah Singkat Gelap kembali datang. Tapi, kali ini bintang menemaniku. Tempat ini menjadi jauh lebih indah. Aku tidak lagi peduli walau dia tidak bersamaku. Tapi aku tetap tidak ingin berada disini. Aku ingin berjalan menuju arah cahaya dan angin. Timur. Tempat mentari memulai harinya. Awal mula angin dihembuskan. Dia hanya mengikuti kemana angin pergi. Ikut berhembus meninggalkan timur. Dan, kubiarkannya pergi. Hari demi hari. Tempat ini ternyata tidak seindah imajinasiku. Aku mulai sadar. Bahwa dialah yang membuat tempat ini menjadi indah. Bukan bintang, bukan sinar mentari, dan bukan angin. Aku harap dia disini. Sosok siluet datang dari arah timur. Dia tinggi. Rambut bergaya. Saat itu, aku pun menyimpulkan bahwa itu sosoknya. Tidak kusadari otot-otot pipiku menarik mulutku, aku tersenyum. Sebagai ucapan selamat datangnya, sebagai bahasa rinduku kepadanya. Dia. Orang yang pernah mengenalkanku pada semuanya. Semua yang dia keta...

Ujian Menjadi Manusia

Gambar
DP22 Surabaya, 10:53 WIB 11/08/17 Ujian menjadi Manusia Saat ini aku berpikir. Beberapa kejadian mengharuskanku memikirkan ini lebih dalam, lebih tepatnya membuatku ingin menuliskannya disini. Dunia adalah sebuah tempat indah yang diciptakan Tuhan. Di tempat ini kita dituntut untuk berpikir, belajar menjadi manusia yang lebih sempurna daripada ciptaan-Nya yang lain. Belajar untuk hidup. Memahami tujuan hidup. Mencari solusi dari hal yang kita sebut sebagai masalah. Bukan masalah yang sedang kita hadapi sebenarnya. Lebih tepatnya ujian. Dunia ini dirangkai Tuhan untuk kita para manusia melewati ujian yang Tuhan berikan kepada kita. Sekali lagi, bukan masalah. Ujian tahap pertama dilakukan di kandungan, tahap kedua di dunia, tahap ketiga di alam kubur, tahap keempat di Padang Masyar, tahap kelima di akhirat, tahap keenam entah dimana, dan selanjutnya hanya Tuhan yang tahu. Ujian di dunia. Setelah kita lahir di dunia, kita belum memahami apa yang kita lakukan, kita perbuat, kita r...

8797

Gambar
Bangsring 22:47 WIB Aku disini. Mengapung di lautan lepas. Melayang di atas terumbu karang. Aku terbang di antara ikan-ikan. Terombang-ambing oleh sang ombak. Aku terseret bak pasir pantai untuk dibawa ke tengah lautan. Deru angin, berhembus kesana kemari. Desiran ombak. Jeritan manusia. Gesekan pasir terdengar jelas di antara suara air yang mendominasi. Lagu terindah yang pernah kudengar. Aku disini. Mendengar suara merdu musik alam. Seperti karung tanpa beban. Berenang tanpa memikirkan hal lain. Membuat diriku seolah menyatu dengan apa yang selama ini kuimpikan. Hanya Dia, aku, dan musik favoritku. -8797

Teman

Gambar
Anonymous Jember, 19:57 WIB. TEMAN Teman= keluarga terdekat yang tidak sedarah. Bagiku, teman bukan sekedar orang yang mengerti baik dan burukku. Teman bukan hanya tong sampah yang memuat semua curahan hatiku. Aku tidak memintanya untuk selalu bersamaku. Aku tahu, dia juga punya teman yang lain. Tapi dia selalu ada untukku, begitu juga aku. Teman adalah saudara yang tidak selalu tahu masa kecilku, tapi dia tahu aku, aku bagaimana. Itu yang dikatakan oleh orang yang baru saja putus dengan pacarnya atau si jomblo. Coba ubah cara pandang. Teman= orang yang selalu ada saat ada masalah (teman= tempat sampah bagi orang yang sudah putus atau jomblo). Dia teman. Selalu ada ketika aku ada masalah dengan pacarku. Dia selalu menerima sampah yang selalu kulontarkan ketika aku sedih atau tak lagi bersama pacarku. Aku tahu dia orang yang paling bahagia ketika aku bahagia bersama pacarku. Dia juga menjadi orang yang paling jahat ketika pacarku menyakitiku. Dia akan menjadi orang te...

Orang Biasa Saja

Gambar
gambar dari google Orang Biasa Saja (Oleh Dinda Ayu Salsabila) Aku bertanya kepada Tuhan Mengapa Dia ciptakan aku biasa saja? Aku manusia biasa saja Bukan manusia penuh kelebihan Juga bukan manusia penuh kekurangan Aku tidak pintar Aku juga tidak bodoh Aku biasa saja Kau akan sulit menyebutku miskin Tapi aku tidak kaya Lalu apa? Biasa saja Hari itu hujan deras tak henti Kuterjang dengan rasa bangga Karena penguasa telah mengundangku Tapi petir menyambar Dia tuduh diriku mencuri Padahal saat itu aku meminta Dia obrak-abrik semua yang ku punya Tapi aku tak bersalah Dan dia tidak minta maaf Itu pasti karena aku biasa saja Tuhan mencintai orang miskin Penguasa menyayangi orang miskin Tak ada dalil untuk mencintai orang biasa saja Tak ada hukum untuk menyayangi orang biasa saja Aku orang biasa saja Terbatasi oleh dalil dan hukum Terbungkam, tak bergerak, tanpa penghargaan Apalagi cinta dan kasih sayang Pasti karena aku biasa saja

Surabaya

Gambar
2016 19:53 WIB SURABAYA Surabaya memiliki langit yang berbeda dari kampungku, Jember. Merah. Seperti selalu merasa hari masih sore. Bahkan ketika malam tiba. Bintang-bintang juga sangat jarang terlihat di sini. Kadang, bulan datang dengan sedikit menghiasinya. Tapi, yang sangat terlihat adalah gemerlap-gemerlap gedung pencakar langitnya. Terlihat tak seburuk itu, tapi kadang juga terlihat sangat menakutkan ketika langit merah itu mendominasi. Cuaca di Surabaya juga tidak menentu. Kadang tiga hari panas terik, eh besoknya hujan deras. Atau hampir setiap hari hujan melanda kota ini. Hawa sumuk di sini juga sudah menjadi ciri khas. Haha, jangan salah, setiap aku pulang kampung, aku selalu membawa oleh-oleh kulit gosong ke Jember. Suasana di Surabaya memang tak sedamai kampungku atau tak seramah kota tercintaku yaitu Jogja. Tapi Surabaya memiliki suasana tersendiri. Ramai dan sibuk sebagai kota metropolitan. Memiliki semangat juang sebagai kota pahlawan. Kadang, keinginan he...

Tahi!

Surabaya, 25 April 2017. 21:50 WIB. TAHI! Seperti melihat hal paling menjijikkan. Begitulah caranya menatapku. Mungkin jauh lebih menjijikkan dari setumpuk tahi di depan mata. Kalau aku jadi dia, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama. Melirik. Membuang pandang. Mau muntah. Menjauh. Ya, ketika ada hal yang paling menjijkkan dari tahi, tentunya akan ku buang jauh-jauh dari pandanganku dan kubersihkan dengan sabun paling wangi agar bau itu tak lagi mengikutiku. Saat ada tahi itu lagi di depan mataku. Berkali-kali. Mungkin aku hanya akan mengabaikannya dan menjauhinya. Karena hal menjijikkan tetaplah menjijikkan meskipun aku sudah terbiasa melihatnya. Seperti tahi.

Waktu.

Surabaya, 20 April 2017. 22:01 WIB Waktu. Waktu selalu berlalu lalang di depanku. Seakan dia sibuk akan tugasnya yang teramat berat itu. Dia harus membimbing semua manusia untuk tetap berjalan pada waktunya. Dia tak pernah membiarkan manusia untuk kembali di waktu sebelumnya. Tak sedetikpun. Dia juga tak akan mengijinkan siapapun mengintip masa depannya. Karena manusia harus pada waktunya. Sebagai manusia, aku sendiri pernah berpikir untuk kembali di waktu yang membuatku bahagia. Atau aku ingin kembali untuk memperbaiki kesalahan-kesalahanku. Tapi, waktu tak mengijinkannya. Katanya, “Kau hanya lelah terhadap hal yang aku lakukan sekarang. Istirahatlah. Setelah itu, jalani saja pada waktumu.” Berkali-kali aku juga berpikir, apa aku bisa mengintip secercah waktu selanjutnya? Aku ingin tau. Kadang aku juga lelah dibuat penasaran oleh sang waktu. Aku juga sering meraba-raba dan membayangkan diriku di masa depan. Tapi, kata waktu, “Bersabarlah. Pasti ada saatnya waktumu tiba.”

Wahai Hati

Surabaya, 13 April 2017. 21:01 WIB Wahai hati, aku tau kau di sini. Di dalam diriku. Aku tau kita satu. Aku tau kau yang mengendalikanku. Wahai hati, perasaan ini tak akan pernah nyata. Aku tau "rasa" itu tidak nyata. Tapi ada. Wahai hati, yang selalu menciptakan bayang semu. Bahagia muncul setiap aku memikirkan rasa. Wahai hati, apa kau tau ini apa? Aneh. Geli saat bahagia datang, remuk saat sedih menghampiri. .......... Aku tidak yakin, tapi ini yang kurasakan ketika tiba-tiba dia ada, Wahai Hati.