Pulang

    Ada satu lagi yang selalu menjadi pertanyaanku selama ini. Jadi, apa definisi pulang? Ketika aku berada di perantauan untuk pertama kalinya, aku selalu berpikir bahwa aku ingin pulang. Jadi, saat itu aku mulai berpikir bahwa pulang adalah ketika aku berada di kampung halamanku. Tapi, setiap aku melakukan perjalanan itu, aku selalu ingin semuanya berjalan lambat. Kalau biasanya berangkat aku menggunakan kereta api, pulangnya aku lebih suka naik bus. Di situ aku juga berpikir, "perasaan seperti inilah yang aku rindukan". Justru di perjalanan pulang itu aku bisa tidur dengan nyaman, sekalipun menurut orang-orang naik bus justru lebih berbahaya daripada kereta api.

    Aku rasa, perasaan pulang itu ada hanya ketika aku merantau. Tapi ketika aku memutuskan untuk tinggal di kampung halamanku, justru aku tidak pernah merasa pulang. Dan justru aku hilang arah, "kemana aku harus pulang?" Kata orang, kita tidak boleh mencari kemana kita harus pulang karena sebenarnya tempat kita pulang ya diri sendiri. Tapi aku tidak sepenuhnya setuju dengan pernyataan itu. Bagaimana dengan orang sepertiku yang selalu menjadi diri sendiri? Bukankah dengan itu seharusnya aku selalu merasa pulang?  Justru lebih masuk akal kalau kita baru akan merasa pulang ketika mati. Tapi mari kita ringankan dan perpendek pemikiran ini. Jadi ketika hidup, bagaimana mencapai perasaan pulang itu?

    Menurutku, bagi orang sepertiku, untuk mencapai kata "pulang" harus ada faktor eskternalnya bukan internal, bukan diri sendiri. Maka dari itu aku merantau lagi, siapa tau aku menemukan jawabannya. Dan benar saja. Jawaban itu muncul ketika aku motoran keliling di sekitar kaki gunung Merapi. Ntahlah itu sudah termasuk kaki gunung atau bukan, yang pasti menuju ke sana. Meskipun saat itu gerimis, tapi ternyata gerimis itu menuntunku pada kata "pulang".

    Awalnya aku hanya ingin berdiam diri sambil memandangi gunung merapi dari tempat yang indah. Tapi ternyata diriku memaksa untuk "sebaiknya berkeliling saja". Di sepanjang jalan itu aku menemukan satu jalan yang rasanya tidak asing. Jalan ini bukan jalan aspal tapi jalan beton. Di depan sana Merapi terlihat walau sedikit berkabut. Ketika diteruskan, ternyata jalan ini dipenuhi pepohonan yang cukup rimbun. Di sekitar sana terdengar suara serangga-serangga seperti di hutan, tonggeret dan belalang. Ternyata begini rasanya pulang...

    Ternyata tempat pulang yang Dinda rindukan adalah suatu tempat yang dipenuhi pepohonan basah dan penuh suara serangga. Udara yang sejuk dan suasanya yang syahdu. Tempatnya tidak harus selalu ceria, bahkan ketika sendu pun aku tetap menyukainya.


Saya tidak sempat memotret tempat saya merasa pulang, lain kali saja kalau saya ke sana lagi. Tapi 3 foto itu adalah perjalanan menuju tempat itu (Cangkringan-Umbulharjo, 2024)




-Din (Sleman, 10/03/2024. 07:08 WIB)

Komentar