Tuan Pagi?

"Halo kotak kecil kumal! Bagaimana rasanya sekali lagi pintumu terketuk? Apakah kamu bahagia? Ataukah menjadi kelabu?"

Sawah dekat kos


...

Minggu pagi ini seperti biasa aku duduk di pinggir sawah, menyempatkan diri untuk mengisi energi sebelum memulai hari Senin. Kali ini tidak ada bapak petani yang menanyaiku, "piye nduk?". Kalau diingat jujur saja itu lucu. Aku heran saja bapak itu mengira aku kenapa-kenapa. Ya emang sih, duduk di pinggir sawah dengan sepatu olahraga menjadi hal yang aneh. Apalagi aku hanya duduk dan melihat hijaunya tanaman padi di depanku. Pasti bapak itu mengira aku banyak masalah. Tapi bukan karena itu. Dan kali ini juga bukan karena itu, aku hanya butuh recharge diri.

Rupanya kali ini aku tidak sendiri. Aku melihat orang sepertiku (berpakaian olahraga) yang duduk di pinggir sawah). Raut wajahnya menandakan bahwa dia butuh udara segar sepertiku. Aku tidak menyapanya. Aku langsung duduk di gubuk. Burung-burung langsung terbang menjauhi lahan pertanian yang aku datangi. Hm, jadi mereka memakan padi-padi yang mulai menguning itu. Dasar burung-burung nakal.

Langit mulai nampak kebiruan. Awan yang tadinya hanya terlihat abu-abu juga mulai terlihat memutih. Pak Tani yang menggarap lahan sawah dekat gubuk ini juga sudah datang. Dengan gercep petani itu membunyikan lonceng yang dia buat dari kaleng untuk mengusir burung-burung yang memakan padinya. Seketika aku teringat keinginanku yang ingin bereinkarnasi menjadi burung. Mungkin aku akan jadi seperti mereka, ndablek.

Sebenarnya agak lucu melihat petani bertengkar dengan burung-burung yang mencuri padinya. Tapi burung-burung itu tetap saja tidak menghiraukan. Setelah orang-orangan sawah tak lagi efektif untuk mengusir mereka, mungkin lonceng ini juga tidak lagi efektif. Ada-ada aja burung-burung ini.
Sepulang dari sawah aku bertemu petani yang waktu itu menyapaku. "Pak..." sapaku padanya. "Monggo nduk". Raut wajahnya tidak seceria waktu itu, suaranya pun melemah. Bapak itu juga tidak bersemangat sama sekali. Sepertinya ada masalah? Entahlah.

...

Kali ini aku lumayan punya waktu luang untuk scroll instagram. Tiba-tiba aku teringat chat temanku yang bilang bahwa dia menemukan orang sepertiku di instagram. "Wong koyok ngene kan tipemu? Seperti melihat Dinda versi lanang" Aku coba lihat-lihat posting-an dan reels-nya. Astaga, ini benar-benar mirip aku. Dari kesukaannya, vokalnya terhadap isu lingkungan, perjalanan spiritualnya, bagaimana dia memperlakukan dirinya sendiri, dan lain sebagainya. Sebenarnya yang membuatku lumayan terkejut adalah dia nulis di blog dong. Hahaha. Aku benar-benar menemukannya!

Seperti yang aku duga, isi blog-nya pastilah tentang dirinya. Sama seperti aku ataupun teman-temanku lainnya yang rajin menulis di blog. Biasanya tentang dirinya, pengalamannya, dan isi pikirannya. Dia suka sekali mencantumkan kutipan-kutipan dari buku yang dia baca selama ini. Bahkan dari hal-hal sederhana dia bisa memaknainya dengan baik. Astaga, aku seperti membaca isi pikiranku sendiri. Mungkin itu yang akan aku tuliskan ketika aku mengalami apa yang dia lalui.

Cara penulisan kami cukup berbeda. Profesinya sebagai pengajar sangat tercermin dari tulisannya yang cukup tertata dan pemilihan kosakata yang mungkin gak banyak yang pernah mendengarnya. Kalau aku? Hm, aku suka seperti Plato yang banyak menggunakan kiasan/perumpamaan. Ya meskipun kadang-kadang blak-blakan seperti ini.

Semakin aku mendalami isi tulisannya, semakin aku ingin mengenalnya dan berdiskusi dengannya. Kadang aku cukup berempati dengan apa yang orang-orang tuliskan di blog-nya. Andaikan aku temannya, aku akan mengajaknya menggila. Karena menurutku, terlalu banyak yang masih mengganjal dari dalam dirinya dan kurang plong.

Masih banyak yang ingin aku tuliskan di sini sebenarnya. Tapi aku harus menyudahi ini agar tidak terlalu jauh. Aku berharap, aku punya kesempatan untuk berkenalan dan berdiskusi dengannya di dunia nyata.

...

Hallo Dinda! Kotak kecil kumal kali ini sangat berhati-hati. Bahagia dan kelabu bercampur menjadi satu. Tidak bisa kupungkiri bahwa aku merasa bahagia, tapi rasa kecewa itu masih membekas sampai sekarang makanya kelabu itu masih ada. Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Semoga kabar baik segera datang ya, Dind!




-Din (Sleman, 26 November 2023. 09:50 WIB)

Komentar