Si Paling Jodoh

Aku selalu mencari jawaban mengenai jodoh. Agak geli sebenarnya ketika aku membicarakan soal ini. Lumayan ngerasa gak pantes juga karena aku sendiri masih mencari jodoh "pasangan hidup". Tapi lumayan ngeganjel juga kalau aku tidak menuliskan ini, makanya aku tulis saja apa adanya. 


1

Sebelum ini aku berpikir bahwa jodoh adalah soal dua manusia yang diciptakan bersamaan, kemudian berpisah, tapi suatu saat akan bersatu kembali. Makanya ada yang bilang jodoh adalah tulang rusuk yang terpisah. Jadi, bagian dari tubuh tersebut dan tubuh inangnya akan saling mencari sehingga mereka akan bertemu di satu titik. Entah kapan, entah dimana, dan entah siapa. Tapi agak omong kosong sebenarnya. Dan seperti terlalu dipaksakan agar terdengar romantis. 


2

Ada yang bilang jodoh adalah cerminan diri. Ada juga yang bilang jodoh adalah saling melengkapi. Keduanya sangat terdengar kontradiksi. Yang mana yang benar? Yang mana yang paling masuk akal?

Cerminan diri: itu artinya dia akan sama persis dengan kita. Baik dari sifat, garis wajah, latar belakang, dan lain sebagainya. Benarkah begitu? Atau seperti sifat cermin yang memiliki sifat sama tapi juga sebaliknya? Kita kanan dan dia kiri. Ada juga yang bilang bahwa cerminan diri ketika kita menjauh dia juga menjauh dan ketika kita mendekat dia juga akan mendekat. Di permukaan cerminlah jodoh akan bertemu.

Lalu, bagaimana dengan konsep saling melengkapi? Bukankah untuk melengkapi, kita perlu sesuatu yg berbeda? Misal kita buruk dalam merawat sesuatu (nursing), jodoh kita pasti baik akan hal itu. Atau dia tipe orang yang tertutup (introvert/sulit bercerita ke orang lain), ya kitalah si ekstrovert yang melengkapinya. Benarkah begitu? 

Kalau ditanya aku percaya yang mana, aku percaya keduanya. Agak lama sebenarnya kesimpulan ini melekat dan aku percayai sebagai patokan hidup. Menurutku jodoh adalah cerminan diri untuk hal-hal yang ingin kita tonjolkan (entah itu baik/buruk) tapi bisa jadi saling melengkapi jika kita mau menoleransinya (karena biasanya yg butuh dilengkapi adalah hal yang ingin kita tekan/tutupi). Contoh begini: aku memiliki jiwa sosial tinggi dan jiwa itulah yang ingin aku tonjolkan dalam hidupku, aku ingin hidup mengabdi pada kebaikan banyak makhluk. Jadi jodohku adalah orang yang harus memiliki jiwa sosial tinggi juga. Tapi karena aku tidak suka dengan sifatku yang terlalu nekat dan emosi meledak-ledak, jodohku haruslah yang memiliki sifat lebih terencana dan emosi stabil/kalem, dengan catatan: dia tidak masalah drngan sifatku yang begitu dan mungkin dia bisa mencintai sifatku yang seperti itu.

Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga mengenai sesuatu seperti pertemanan, benda, dan lain sebagainya. Intinya cocok-cocokan. 


3

Setelah mempercayai konsep jodoh nomor 2 begitu lama, akhirnya konsep ini agak terbantahkan. Aku sempat bertemu dengan seseorang dimana aku sangat merasa cocok dengan dia dari segi apapun dan aku yakin dia juga merasa seperti itu. Tapi sayang, semesta seperti tidak merestui. Aku sering mempertanyakan ini pada diriku sendiri? Kenapa? Padahal kami cocok. Tapi kenapa tidak jodoh? Waktu (timing)-nya tidak tepat. Ada beberapa kondisi yang mengakibatkan kami tidak bisa bersama. Ingat ya, ini tentang kondisi (bukan tengang kecocokan). Begitu pula soal teman, kadang sewaktu sekolah dekat banget sampai seperti lem G, eh malah tidak berteman setelah lulus. Apakah tidak cocok setelah lulus? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Iya: karena people change dan tidak: karena kondisi yang tidak memungkinkan. 

Apakah sudah mendapatkan garis besarnya? Ayo aku bantu menyederhanakannya. 

Jodoh itu bukan lagi soal cerminan diri/saling melengkapi saja tapi juga soal waktu (kondisi yang tepat). Jadi jodoh itu soal kecocokan, cocok dari segi: bibit, bebet, bobot, kriteria, keluarga, agama, dan kondisi. Waktu yang tepat adalah kondisi yang cocok. Jadi secocok apapun kita dengan dia, tidak akan pernah berjodoh kalau kondisinya tidak cocok/waktunya tidak tepat. Lalu, apakah ketika kondisinya tepat waktunya akan tepat juga? Jujur saja aku belum tau jawabannya, tapi aku berpikir boleh jadi iya/tidak. *Aku akan tuliskan lagi tentang inj ketika aku sudah menemukan jawabannya. 

Tapi yang pasti saat ini, bagiku jodoh tentang kecocokan kriteria, toleransi, dan kondisi dan dengan dinaungi oleh waktu. *Aku sudah pernah memikirkan tentang ini tapi belum pernah aku tuliskan: manusia adalah makhluk yang terikat oleh waktu. 

Waktu menjadi poin penting yang tidak boleh tidak dilibatkan.


Jadi carilah yang kriteria cocok dengan kriteriamu, kalian bisa saling toleransi, dan cocok dengan kondisi kalian. Tapi perlu diingat, waktu juga berperan disini. Semua cocok tapi waktu yang tidak tepat, bisa jadi tidak jodoh/belum jodoh. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri karena ketidakcocokan dan jangan pernah menyalankan waktu. Memang begitulah manusia, terbatasi waktu. Dengan ini aku jadi memaknai lagu Fiersa Besari - "Waktu yang Salah" dengan sudut pandang agak berbeda. 


-Din. Jember, 21/02/23 00.25 WIB 

Komentar