Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Sudah

Gambar
Sekitar sebulan yang lalu, aku baru saja selesai nonton film Story of Kale karena saran dari temanku lewat chat. Seketika itu juga aku langsung membuka platform film online dan mencari judul film indo Story of Kale. Saat aku tonton film itu, sebenernya aku sebel banget sama tokoh Dinda, bodoh sumpah. Entahlah, gak related sama kehidupanku. Lagu "Sudah" yang dinyanyikan oleh tokoh Kale cukup mencuri perhatianku. Bagus tapi tidak bisa begitu memahami isinya. Dalam pikiranku, kasihan si Kale ini, tapi bagaimanapun baiknya emang harus ikhlas. Pintar sekali aku mengomentari dan menasihati kehidupan dari tokoh-tokoh yang ada pada film tersebut saat itu. Siapa sangka, baru-baru ini aku dikenalkan Tuhan dengan berbagai bentuk ikhlas. Menurutku, akhir-akhir ini aku seperti benar-benar mencapai kata ikhlas sesungguhnya. Melepas dan membiarkan segalanya bekerja dengan cara semesta. Akhirnya aku mengerti maksud lagu yang disampaikan tokoh Kale, Sudah Lupakan semua derita Doa semesta menj...

Ilusi Nyata

Jember, 13:12 WIB. Seperti hidup dalam cerita yang kubuat. Rasa ini mengubah kenyataan menjadi sebuah skenario. Skenario yang aku buat sendiri seolah aku dan dia berada dalam sebuah kotak. Seolah setiap sudut yang ada menjebakku untuk terus bersamanya. Aku lupa bahwa sebenarnya tidak ada garis yang mendorong kami masuk dalam sebuah kotak. Dinding-dinding yang aku lihat dan rasakan hanyalah sebuah kotak kosong yang aku ciptakan sendiri. Dia mungkin tidak merasa bahwa dirinya berada dalam sebuah kotak yang sama denganku. Hanya saja, apakah aku harus berharap bahwa kotak itu benar nyata? Seperti tali yang mengikat dua manusia. Seakan sejauh apapun aku melangkah, aku tahu bahwa aku akan kembali kepadanya. Entah dia yang menarikku, aku yang menariknya, atau Tuhan yang menarik kami berdua. Tapi tali itu hanya sebuah ilusi. Tali itu sebenarnya tidak pernah ada. Hanya aku yang mungkin mengikutinya kemana pun dia pergi. Bukan aku atau dia yang menariknya. Apalagi Tuhan yang harus ikut campur ...

Tebing Tepi Laut

Semua berawal dari seorang pemuda yang menghampiri kami di saat hari sudah gelap. Dia hanya diam dan menatap lautan di depannya. Aku tidak bisa melihat wajahnya, terlalu gelap. Kemudian dia membungkuk dan mengambil sesuatu di bawahnya. Dia melemparkannya pada lautan dan bersumpah serapah, "Anjing lo! Bangsat! Tai!". Lautan membalasnya dengan ombak yang berdebur. Lalu dia pergi. Keesokan harinya, seorang wanita muda datang menghampiri kami. Tak seperti pemuda kemarin, dia hanya duduk, menekuk lututnya, dan membenamkan wajahnya pada kedua lututnya itu. Sudah sekitar setengah jam wanita itu duduk dengan posisi seperti itu. Aku melihat langit mulai mendung dan air hujan menetes sedikit demi sedikit. Wanita itu mulai mendongakkan kepalanya dan menatap langit dengan mata merahnya. Dan sembab lebih tepatnya. Air hujan menetes di pipinya. Dia pun berdiri dan pergi. Keesokan harinya, di sore hari, seorang wanita yang lain datang menghampiri kami juga. Sambil membawa kendi di tangann...