Jeda
Aku duduk dibawah kedipan bintang-bintang
pepohonan yang rimbun
dan langit yang hitam pekat
Aku ingin tinggal lebih lama disini
Nyala api unggun meredup kelabu
Kedipan bintang berubah menjadi sebuah tatapan
Teman-teman disebelahku terdiam
Terima kasih atas suasana tengah malam ini
Aku ingin berdiskusi dengan Tuhan dan Semesta
Kuhentikan waktu, kuberi sedikit jeda pada malam ini
Tuhan, ini aku, anak Semesta
Izinkan aku bertanya kepada-Mu
dan tolong jawab semua pertanyaan yang kuajukan
Ada beribu, berjuta, dan bahkan tak terhingga
Tuhan, mengapa aku diciptakan? Padahal Kau tahu manusia akan merusak semesta ini
Lalu mengapa aku diciptakan? Padahal Kau tahu aku tidak akan pernah se-patuh malaikat, makhluk ciptaan-Mu yang paling suci itu
Dan mengapa aku diciptakan? Padahal manusia-manusia itu melihatku sebagai makhluk durhaka yang meragukan-Mu dengan pertanyaan-pertanyaan kurang ajar seperti ini
Hah! Yang benar saja
Ragu atau meyakinkan diri maksudku
Masih ada banyak pertanyaan lainnya
Mungkin Kau akan berpikir dua kali untuk menciptakanku kembali
Tuhan, apa alam semesta benar luas dan tak terhingga?
Hei, Semesta! Apakah benar dirimu seluas itu?
Lantas, mengapa kebenaran hanya terpusat pada satu titik? Padahal dirimu tidak sedangkal itu
Atau jangan-jangan kau sangat dangkal, Semesta?
Jauh lebih dangkal daripada pikiranku ini
... (hening)
Maaf
Tidak seharusnya aku menyinggung perasaanmu, Semesta
Aku kesal kepada Tuhan yang tak kunjung menjawab pertanyaan-pertanyaanku
Padahal masih banyak sekali pertanyaan lain yang berkeliling dalam pikiranku
Semesta menjawab dalam tatapnya,
Tuhan menitipkan jawaban-Nya untukmu pada Waktu. Saat ini, Waktu masih kamu hentikan bukan? Nak, biarkan Waktu kembali berjalan dan persilahkan dia untuk menyampaikan semua jawaban dari Tuhan. Dan kamu bisa bertanya pada lima waktu yang Tuhan berikan kepadamu
Nyala api unggun kembali menerang kemerahan
Bintang-bintang kembali berkedip
Teman-teman kembali bercanda ria
dan Waktu mulai menjalankan tugasnya
pepohonan yang rimbun
dan langit yang hitam pekat
Aku ingin tinggal lebih lama disini
Nyala api unggun meredup kelabu
Kedipan bintang berubah menjadi sebuah tatapan
Teman-teman disebelahku terdiam
Terima kasih atas suasana tengah malam ini
Aku ingin berdiskusi dengan Tuhan dan Semesta
Kuhentikan waktu, kuberi sedikit jeda pada malam ini
Tuhan, ini aku, anak Semesta
Izinkan aku bertanya kepada-Mu
dan tolong jawab semua pertanyaan yang kuajukan
Ada beribu, berjuta, dan bahkan tak terhingga
Tuhan, mengapa aku diciptakan? Padahal Kau tahu manusia akan merusak semesta ini
Lalu mengapa aku diciptakan? Padahal Kau tahu aku tidak akan pernah se-patuh malaikat, makhluk ciptaan-Mu yang paling suci itu
Dan mengapa aku diciptakan? Padahal manusia-manusia itu melihatku sebagai makhluk durhaka yang meragukan-Mu dengan pertanyaan-pertanyaan kurang ajar seperti ini
Hah! Yang benar saja
Ragu atau meyakinkan diri maksudku
Masih ada banyak pertanyaan lainnya
Mungkin Kau akan berpikir dua kali untuk menciptakanku kembali
Tuhan, apa alam semesta benar luas dan tak terhingga?
Hei, Semesta! Apakah benar dirimu seluas itu?
Lantas, mengapa kebenaran hanya terpusat pada satu titik? Padahal dirimu tidak sedangkal itu
Atau jangan-jangan kau sangat dangkal, Semesta?
Jauh lebih dangkal daripada pikiranku ini
... (hening)
Maaf
Tidak seharusnya aku menyinggung perasaanmu, Semesta
Aku kesal kepada Tuhan yang tak kunjung menjawab pertanyaan-pertanyaanku
Padahal masih banyak sekali pertanyaan lain yang berkeliling dalam pikiranku
Semesta menjawab dalam tatapnya,
Tuhan menitipkan jawaban-Nya untukmu pada Waktu. Saat ini, Waktu masih kamu hentikan bukan? Nak, biarkan Waktu kembali berjalan dan persilahkan dia untuk menyampaikan semua jawaban dari Tuhan. Dan kamu bisa bertanya pada lima waktu yang Tuhan berikan kepadamu
Nyala api unggun kembali menerang kemerahan
Bintang-bintang kembali berkedip
Teman-teman kembali bercanda ria
dan Waktu mulai menjalankan tugasnya
Dinda Ayu
4 Desember 2019 (11.50 WIB)
Komentar
Posting Komentar