Rumah Impian

    Ada banyak cara untuk kita merasakan cara kerja semesta...

    Baru beberapa hari ini aku dan temanku mengobrol mengenai rumah impian kita masing-masing. Eh, tadi ketika jalan pagi, aku melewati salah satu rumah yang selalu menarikku untuk berhenti di depannya. Di depan rumahnya terdapat gerbang batu-bata dengan pintu kayu dilapisi cat warna hijau kuning dan bunga-bunga putih bergantungan menutupi bagian atasnya, cantik sekali! Di ujung jalan (gang) ini aku selalu diam untuk sekadar memandanginya. Aku menyentuh bunga-bunga putih yang cantik itu dan sesekali memotret bagian yang tidak ingin aku lupakan. Dari balik jendela kecil pada gerbang ini, aku mengintip. Di dalam rumah itu halamannya sangat luas dan asri. Kemudian aku berjalan mengitari pagar rumahnya, ternyata halaman rumahnya memang sangatlah luas. Rumahnya bergaya joglo, sederhana dan tidak seluas rumah joglo biasanya, tapi cantik. Pepohonan di rumah itu juga tinggi, entah sudah berapa puluh tahun umurnya, atau mungkin sudah ratusan tahun.

Dokumen pribadi, 2024

    Setelah sampai di kos, aku mem-posting foto gerbang rumah itu di Instagram. Ketika bingung memilih lagu apa yang cocok untuk postingan ini dan tentang apa yang aku rasakan tadi ketika melewati rumah itu. Lalu terpilihlah lagu Sal Pribadi - Kita Usahakan Rumah Itu.
Kita usahakan rumah itu
Dari depan akan tampak sederhana
Tapi kebunnya luas
Tanamannya mewah, megah
Kita usahakan rumah itu
Dari depan akan tampak sederhana
Tapi dibuat kuat
Dirancang muat, lega
Urusan perabotan dan wangi-wangian
Kuserahkan pada s'leramu yang lebih maju
Tapi tata ruang, aku ikut pertimbangkan
Kar'na kalau nanti kita punya kesibukan
Malam tetap kumpul di meja panjang
Ruang makan kita
Berbincang tentang hari yang panjang
Kita usahakan rumah itu
Dari depan akan tampak sederhana
Tapi penerangannya
Diracik begitu romantis
Urusan perabotan dan wangi-wangian
Kuserahkan pada s'leramu yang lebih maju
Tapi tata ruang, aku ikut pertimbangkan
Kar'na kalau nanti kita punya kesibukan
Malam tetap kumpul di meja panjang
Ruang makan kita
Berbincang tentang hari yang panjang
Boleh kamu keliling dunia
Dan temukan banyak tempat-tempat 'tuk singgah
Sementara
Kamu boleh namai itu rumah
Selama ada m'reka yang kamu cinta
Di dalamnya
Kita usahakan rumah itu
    Hehehe aku bingung mau mengutip lirik yang bagian mana karena aku ingin semua lirik itu masuk dalam tulisanku ini. Karena seluruh isinya sangat menyentuhku.

    Terus siang ini aku membuka feed Instagram, ada satu posting-an yang mbakku buat tentang rumah impian. Membaca posting-an itu hatiku jadi terasa hangat. Hihihi, ternyata semua orang punya rumah impian ala mereka masing-masing ya. Kemudian aku membuka dm teman-temanku yang sedang membahas tentang cita-cita kami dulu ingin masuk jurusan arsitek, tapi kami menyerah sebelum berperang.

    Hihi, aku jadi ingat ketika masih sekolah, aku suka sekali mengumpulkan majalah rumah yang tanteku beli. Aku yang masih SMP (sepertinya) selalu berusaha memahami isi pikiran para arsitek itu, kenapa membangun rumah yang begitu dan mengapa desainnya dibuat seperti itu. Kapan-kapan aku cari lagi majalah rumah yang sepertinya masih menumpuk di kamarku bersama dengan kliping koran tentang desain pakaian. Wkwk dulu itu semua cita-citaku, menjadi seorang arsitek dan desainer. Sekarang? Alhamdulillah sebagian sudah terwujud dan cita-citaku juga semakin bertambah.

    Ngomongin soal rumah impian, rumah impianku kurang lebih seperti rumah Li Ziqi. Tapi aku inginnya versi lebih sederhana karena aku tidak ingin punya rumah yang luas, cukup halamannya saja yang luas. Aku ingin rumahku di dekat hutan tapi juga tidak jauh dari pemukiman warga. Aku juga ingin rumahku menjadi tujuan singgah teman-teman dan keluarga besarku yang letih ketika capek kerja di kota. Karena aku tau sebenernya mereka semua stres di sana wkwkwk. Aku jadi membayangkan aku bisa berkebun di halaman rumahku setiap hari, belajar memasak dan membuat kue di dapur yang mungil, dan punya studio crafting sendiri. Di studio itu aku bisa melakukan banyak hal, membuat perabotan rumah sendiri seperti kursi khusus untuk anakku yang ingin ikut makan bersama di meja makan. Di setiap sudut rumah selalu dihiasi gambar-gambar dan potret-potret yang menghangatkan. Di sisi lain ada rak buku yang memenuhi satu dinding. Semua buku-bukuku, buku-buku suamiku, dan buku-buku anakku juga ada di sana. Di sudut lain rumah ini ada studio milik suamiku, terserah apa yang penting sesuatu yang dia sukai dan membuatnya merasa passionate dan hidup. Yang penting rumah itu menghangatkan setiap orang yang tinggal di dalamnya. Aku mau menuliskan lebih detail tapi tidak di sini hehe (karena malu).

Gakpapa kok kita semua punya rumah impian masing-masing. Yakin saja, semua itu akan terwujud. Semua hanya perkara waktu.



- Din (Sleman, 24/11/24. 13:44 WIB)




Komentar

Posting Komentar