Mawar Rambat
Aku melihat Dinda di depan sana berjalan dengan tatapan kosong dan penuh luka gores di kakinya. Entah sejak kapan mawar itu durinya semakin tajam dan menusuk. Padahal setauku mawar itu sudah lama tidak berbunga. Jangankan mengharap mekar, berbunga saja tidak. Mawar itu sudah menjelma menjadi mawar rambat tanpa bunga sejak lama. Sejak saat itu rambatannya mulai mengikat kakinya.
Aku kasihan melihat Dinda yang masih saja berjalan dengan luka-luka itu. Orang lain memberi khayalan yang katanya mawar yang mekar akan membawa bahagia. Padahal bahagia tidak hanya datang dari setangkai mawar busuk itu. Aku sudah sering memberitahunya, "Tidak apa-apa, kamu lepaskan mawar yang sudah tidak berbunga itu. Hidup tanpa bunga mawar pun tidak apa-apa. Aku juga tidak meminta kamu harus menggenggam mawar." Tapi si anak bandel itu tetap saja membawanya.
...
"Din, istirahat dulu yuk"
Dia pun menangis di pelukanku. "Gakpapa nak, istirahat saja dulu."
- Din (Sleman, 03/11/24. 14.08 WIB)
Komentar
Posting Komentar