Berada di Tengah
Mungkin mudah bagi orang lain untuk mendefinisikan di sebelah mana sebenarnya dia berada atau di kelompok mana di sebenarnya diterima. Tapi tidak denganku. Aku sering bingung di sebelah mana aku ini. Aku malah berpikir, kalau hanya ada surga dan neraka, pasti Tuhan bingung menempatkanku di mana, Makanya aku selalu memilih, kalau bisa ketiadaan. Menurutku satu-satunya titik tengah yang pas bagiku adalah itu.
Setiap ada orang yang bilang aku baik, aku selalu bingung, di bagian mananya aku yang baik. Tapi ketika dibilang jahat aku pun tidak terima. Aku pun sudah pernah bilang, bahwa teman-temanku juga beda-beda dan bahkan bisa jadi bertolak-belakang. Misal yang kelompok satu sangat agamis, satunya lagi malah hampir tidak beragama. Dan aku bisa berteman dengan keduanya, tapi aku bukan salah satu dari mereka.
Tidak jarang aku berada di antara kedua orang yang saling bermusuhan. Di sinilah titik tengah yang sebenarnya paling aku benci. Temanku pernah bilang kalau mungkin aku diciptakan menjadi jembatan bagi mereka yang berbeda, tapi sejauh ini aku tidak merasa sebermanfaat itu. Yang ada malah dibilang muka dua. Maksudnya tidak membela salah satunya, minimal tidak saling musuhan. Tapi malah mereka menusuk aku yang di tengah. Kalau aku memang berada di kelompok orang jahat, aku bisa memastikan mereka lebih buruk dari saat itu. Karena aku berada di tengah, seperti di sudut pojok embong ini, aku tau dan aku bisa melihatnya dari segala sisi. Tapi ya sudahlah..
Belum lagi soal penampilan. Kalau ditanya kenapa aku berhijab seperti itu? Terkesan seperti main-main dan mempermainkan agamaku sendiri. Andaikan mereka ada di posisiku, mengalami prosesku, dan memiliki pemikiran yang sama denganku, mungkin saja mereka juga melakukan hal yang sama denganku. Di lain sisi, kadang aku suka berpenampilan eksentrik. Di kelompok yang sama-sama suka berpenampilan eksentrik tentunya aku diterima, tapi di kelompok lain mungkin saja dicemooh. Tapi ketika aku berpakaian layaknya orang normal lainnya, mereka yang kelompok eksentrik tidak terima dan kelompok lainnya menyebutku tobat.
Aku suka sekali lagu-lagu bernada pelan seperti Jazz, tapi sisiku yang lain juga sangat menyukai musik-musik Hardcore. Aku suka kemajuan teknologi dan mempelajari hal baru, tapi aku juga suka hal-hal yang berbau tradisional, kadang ilmunya sederhana tapi bagiku keren karena tidak pernah terpikirkan olehku.
Kadang aku juga pernah bertanya-tanya, sebenarnya di kelompok bagian mana aku ini? Apa sebaiknya aku bertanya pada diriku ataukah pada orang lain? Aku pernah ingin survei tentang penilaian teman-temanku kepadaku agar memudahkanku menyimpulkan diriku ini masuk di kelompok yang mana. Tapi aku memilih untuk tidak peduli. Mungkin karena aku juga tidak pernah menginginkan masuk pada kelompok mana pun.
- Din (Sleman, 28 April 2024. 10.00 WIB)
Komentar
Posting Komentar