Eonoia Gentari Amaraloka (Bagian III: Cenayang)
Ibu Bumi mulai menua. Sudah banyak yang dilalui dan sudah banyak yang dialami. Anaknya tumbuh menjadi sosok yang angkuh dan terus menuhankan diri.
"Eon, kamu nangis? Jangan nangis.." tanya Zinnia kepada temannya.
"Hah?" Eon bingung dengan semua yang ada di sekitarnya. Dia tidak yakin kalau sebelumnya dia ada di sini atau tidak. Hmmm. Sebentar, namaku Eonoia kan? Iya, Eonoia Gentari Amaraloka. Tadi aku ke sini bersama Zinnia terus kami melihat pemandangan. Tapi kenapa nangis? Eon mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi. Dia merasa bingung karena seketika ingatannya seperti menghilang tapi juga tidak.
"Aku juga bingung Zin. Tiba-tiba air mataku turun sendiri padahal aku gak sedih," jawab Eon polos. Zin bingung mendengar jawaban Eon. Tapi mereka tidak terlalu menghiraukan dan kembali melihat pemandangan indah di depan mereka. Aku pun juga menikmatinya.
"Eh Zin, nanti kalau sudah besar, kita sepedaan ke sana ya Zin!" Anak ini random sekali tiba-tiba berkata seperti itu. Sekalipun aku sudah bersamanya selama tujuh tahun, aku belum bisa menerka isi pikirannya dan kapan ia akan berkata tentang isi pikirannya itu.
Zin menoleh dan memasang muka bingung, kemudian ia mulai tersenyum kepada Eon, "Iya! Nanti rumahku juga di sini Eon, kamu yang sana!" jawab Zin sambil menunjuk ke arah lahan pertanian milik pemerintah. Rupanya Zin lebih tau isi pikiran Eon.
Eon mulai mengayuh sepedanya lagi dan lepas landas. Dia benar-benar seperti pesawat yang akan lepas landas. Eon terlihat bebas dan bahagia. Aku bahagia melihatnya begitu. Perasaan ini seperti melepaskanku pada suatu rantai yang cukup lama mengikat diriku. Udara di sini benar-benar bersih. Entah bagaimana anak berusia tujuh tahun tahu tempat seperti ini. Sejak kecil lahir di kota, bermain di sekitar rumah, mungkin hanya beberapa kali main di sawah. Bagaimana dia berpikir indah, bagus, dan bahagia miliknya adalah seperti ini?
"Wuhuuu!! Ayo, Zin!" teriak Eon sambil berdiri di atas kayuh sepedanya.
"Yuhuuuuuu!!" Zin juga mulai lepas landas sambil merentangkan tangannya. "Begini juga seru loh"
***
***
Sebenarnya Eon tidak suka berangkat sekolah di hari Senin. Selain badannya masih capek karena terlalu jauh bersepeda, ia juga malas bertemu dengan Mala. Pasti Mala berulah lagi hari ini. Emang dasar si Eon ini sok dewasa. Tapi dia ada benarnya, setiap hari Mala selalu berulah.
Bel masuk sudah berbunyi, semua siswa masuk ke kelas masing-masing. Eon sudah duduk di bangkunya dari tadi, sedangkan Zin segera kembali ke bangkunya. Bukan hanya karena bel yang berbunyi, tapi Mala bersama Dayu di belakangnya juga sudah kembali. Selang beberapa menit Bu Yuni juga datang. Beliau langsung jalan menuju meja guru untuk meletakkan buku-bukunya. Eh, tapi setelah itu Bu Yuni juga langsung menghampiri bangku Eon. Aduh, Eon apa bikin ulah lagi?
Bel masuk sudah berbunyi, semua siswa masuk ke kelas masing-masing. Eon sudah duduk di bangkunya dari tadi, sedangkan Zin segera kembali ke bangkunya. Bukan hanya karena bel yang berbunyi, tapi Mala bersama Dayu di belakangnya juga sudah kembali. Selang beberapa menit Bu Yuni juga datang. Beliau langsung jalan menuju meja guru untuk meletakkan buku-bukunya. Eh, tapi setelah itu Bu Yuni juga langsung menghampiri bangku Eon. Aduh, Eon apa bikin ulah lagi?
"Dayu, hari ini kamu duduk di bangku Ina ya. Nanti biar Ina yang duduk sini." Dayu hanya mengangguk dan segera mengikuti Bu Yuni ke bangku Ina. Kenapa Dayu tiba-tiba disuruh pindah ya? Dayu kan pendiam, bukan seperti Zin yang dipindah karena banyak omong sama aku. Hei Eon, Zin dipindah gara-gara kamu ajak ngobrol, bukan karena banyak omong. Tapi wajar sih jika Eon bertanya-tanya. Aku sendiri juga heran. Bisa jadi karena Dayu tidak betah bersama pertengkaran Eon dan Mala. Atau justru Dayu tidak betah disuruh-suruh Mala. Hmmm..
Setelah seminggu Eon duduk bersama Ina dan Mala tentunya. Semuanya terasa sama saja, sama seperti ketika ada Dayu di sebelahnya. Mengapa? Karena semua yang Dayu lakukan bersama Mala, itu juga dilakukan Ina. Mengikuti semua keinginan Mala. Ke kantin harus bersama Mala, main harus bersama Mala, pulang juga harus menunggu Mala pulang duluan, dan Mala melarangnya mengobrol bersama Eon. Mala sangat membenci Eon karena Eon enggan mengikuti keinginannya. Ya ya ya, anak jaman itu terlalu banyak menonton sinetron di televisi.
Setelah seminggu Eon duduk bersama Ina dan Mala tentunya. Semuanya terasa sama saja, sama seperti ketika ada Dayu di sebelahnya. Mengapa? Karena semua yang Dayu lakukan bersama Mala, itu juga dilakukan Ina. Mengikuti semua keinginan Mala. Ke kantin harus bersama Mala, main harus bersama Mala, pulang juga harus menunggu Mala pulang duluan, dan Mala melarangnya mengobrol bersama Eon. Mala sangat membenci Eon karena Eon enggan mengikuti keinginannya. Ya ya ya, anak jaman itu terlalu banyak menonton sinetron di televisi.
"Eon, boleh numpang baca buku paketmu?" tanya Ina pelan dengan nada agak berbisik.
Eon lumayan kaget tiba-tiba Ina mengajaknya mengobrol walau hanya sekilas. "Eh, iya." Eon langsung menggeser buku paket Bahasa Indonesia miliknya agar agak dekat dengan Ina.
Mala melirik Eon dan Ina dengan tatapan sinis. Apaan sih? Judes banget.
Ina kenapa tiba-tiba numpang baca di bukuku ya? Biasanya kan Mala ngelarang dia dekat sama aku. Apa mereka tengkar? Tapi kalaupun tengkar pasti Ina kalah sih, Mala judesnya minta ampun. Atau jangan-jangan Ina lagi memberontak? Mungkin sebentar lagi dia bakal pindah juga kayak Dayu.
Ina kenapa tiba-tiba numpang baca di bukuku ya? Biasanya kan Mala ngelarang dia dekat sama aku. Apa mereka tengkar? Tapi kalaupun tengkar pasti Ina kalah sih, Mala judesnya minta ampun. Atau jangan-jangan Ina lagi memberontak? Mungkin sebentar lagi dia bakal pindah juga kayak Dayu.
Isi pikiran gadis kecil ini tidak main-main. Aku sangat kaget ketika Bu Yuni kembali lagi ke bangku Eonoia, Ina, dan Mala karena ternyata lagi-lagi Ina dipindahkan. Bahkan kali ini Bu Yuni tidak lagi mengganti anak melainkan membiarkan Eon dan Mala duduk berdua. Bu Yuni juga sempat menjelaskan bahwa sebenarnya Ina pindah karena alasan yang sama seperti Dayu. Orang tua mereka menelepon Bu Yuni agar anak mereka dipindahkan dan tidak lagi duduk bersama Mala. Edan!
Kan, apa aku bilang. Gak bakal ada yang betah duduk bersama Mala. Dayu dan Ina sama saja. Cuma aku di kelas ini yang mau duduk sama Mala walau sebenarnya aku juga gak betah.
Kan, apa aku bilang. Gak bakal ada yang betah duduk bersama Mala. Dayu dan Ina sama saja. Cuma aku di kelas ini yang mau duduk sama Mala walau sebenarnya aku juga gak betah.
Ketika Eon tumbuh dewasa, akan ada banyak orang seperti Mala. Penindas dan pemaksa kehendak. Pada dasarnya cerita dalam sinetron hanyalah cuplikan dari cerita-cerita kehidupan sesungguhnya.
-Din, Jember 11:43 (16/03/23)
-Din, Jember 11:43 (16/03/23)
Komentar
Posting Komentar