Di Bawah Pohon Bulan dan Bintang (part 2)
Ini adalah cerpen Di Bawah Pohon Bulan dan Bintang menurut sudut pandangnya si cowok alias Bintang. Sorry, aku gak tau gimana bahasanya cowok. Hehe. Selamat membaca... :D
Di Bawah Pohon
Bulan dan Bintang
(Dinda Ayu Salsabila)
Bintang
Tadinya, aku selalu berpikir bahwa Bulan
di sini dengan bulan di sana mirip. Tapi, setelah dilihat-lihat, bukan mirip
lagi. Tapi sangat mirip. Di langit, bulan selalu terlihat cerah dan ceria.
Bahkan, aku tak bisa melihat kalau sebenarnya cahaya itu bukan darinya. Dan
bahkan, aku sulit untuk melihat dirinya yang sebenarnya. Dirinya yang mungkin
sedih dan sembunyi di balik tirai cahya yang entah itu menghiasi atau malah
menutupi wajahnya. Sama seperti dirinya di sini yang selalu ingin terlihat
ceria di hadapan semua orang.
Aku sebenarnya bukan benci melihat bulan
yang begitu terang di langit sana. Tapi aku hanya tidak suka. Aku tidak suka
karena aku selalu ingat bahwa akulah satu-satunya orang yang tidak bisa
membedakan antara Bulan yang sesungguhnya atau Bulan yang mencoba terlihat
ceria dihadapan semua orang.
Kalau aku bilang, Bulan adalah cewek aneh. Iya, dia
cewek aneh yang selalu terlihat ceria dihadapan semua orang. Tapi, anehnya dia
tidak pernah menunjukkannya padaku. Dia juga cewek aneh yang pernah tiba-tiba
menyatakan perasaan suka padaku tepat di bawah pohon belakang sekolah. Dan
tiba-tiba dia pergi begitu saja. Tapi, aku sama sekali tidak menyangkanya.
Aku akui. Memang, waktu itu aku terlihat
tidak peduli pada perasaannya. Mungkin, dia merasakannya. Tapi, sebenarnya
bukannya aku tidak peduli pada perasaannya, aku hanya bingung waktu itu. Aku
merasa mungkin hari itu hanya mimpiku. Karena aku tidak pernah menyangka bahwa
dia akan suka padaku. Iya, karena dia tidak pernah menunjukkan wajah cerianya
padaku. Dan juga, kami juga jarang sekali mengobrol. Jadi, aku pikir dia tidak
akan menyukaiku. Tadinya juga, aku pikir aku akan merasakan rasanya cinta
bertepuk sebelah tangan. Tapi, entah kenapa sampai saat ini aku tidak bisa
menunjukkan perasaanku yang sesungguhnya padanya. Yaa, meski dia sudah memberi
lampu hijau padaku. Apa karena akhir-akhir ini dia terlihat lebih murung? Aku
jadi merasa ciut. Padahal, harusnya
aku lebih peka dan menanyakan ada apa. Bukannya malah ciut dan tidak berbuat apa-apa. Mungkin, dia juga akan merasa
diriku tidak selayaknya disukai dan dicintai seperti yang dilakukannya waktu
itu. Atau, dia merasa bahwa masih banyak cowok yang jauh lebih baik dariku.
Iya, mungkin saja dia merasa seperti itu.
Tapi, aku sebenarnya peduli padanya. Aku
merasa akhir-akhir ini dia berbeda. Ya, terlihat murung dan, dan terlihat
menjauh/? Tentu saja menjauh dariku, mungkin. Mungkin juga, ini karena hari itu
aku tidak meresponnya. Atau lebih tepatnya aku terlihat tidak peduli pada
perasaannya.
Bulan
benar-benar cewek aneh. Dia cewek aneh yang selalu ingin terlihat ceria di
hadapan semua orang, padahal sebenarnya tidak. Aku tahu dia jauh lebih murung
dan sedih dari kelihatannya. Mungkin aku memang sok tahu. Tapi aku hanya merasa
seperti itu. Dan sebenarnya, aku tidak tahu apa-apa tentangnya, apalagi tentang
perasaannya.
Bulan,
dia memang sulit ditebak. Cahya selalu terpancarkan di langit malam. Membuat
semua orang akan mengira bahwa dia selalu ceria. Mungkin termasuk aku. tapi
hanya saja, aku selalu sok tahu dan mendeskripsikan perasaannya bahwa
perasaannya sedang dalam keadaan sedih.
Apalagi hari ini. Dia benar-benar aneh. Ya
karena hari ini, aku tidak melihatnya sama sekali. Apa mungkin karena hari ini
Titan menyatakan perasaanya padaku? Atau sebenarnya dia tahu bahwa Titan akan
melakukannya? Selama ini kan dia dekat dengan Titan. Tapi aku menyukainya,
bukan Titan. Tapi memang benar sih, dia mungkin menjauh karena dia tidak tahu
perasaanku sebenarnya. Eh, tapi bisa saja dia sudah punya gebetan baru/? Atau mungkin pacar? Ah, harusnya aku lebih peduli
pada perasaannya dan berani menyatakan perasaanku yang sebenarnya padanya waktu
itu.
Aku segera berlari keluar kelas. Dan aku
tahu harus kemana. Segera aku menuju ke pohon di belakang sekolah. Ya, tempat
yang sering dikunjunginya dan tempat dimana dia menyatakan perasaannya padaku
waktu itu. Ternyata benar dugaanku, dia ada di sana. Iya, Bulan ada di sana.
Dia menangis sambil menutup matanya rapat-rapat, seakan dia tidak ingin melihat
sesuatu karena dia merasa hal itu amat menyakitkan. Jujur, aku jadi ikut sedih
melihatnya. Aku ingin menyeka air mata yang menetes dan membasahi pipinya.
Hanya saja, aku rasa, aku belum bisa melakukannya sekarang.
Bulan.
Aku kan sudah bilang kalau aku tidak menyukainya. Aku tidak suka melihatnya
selalu bersinar. Dan menyembunyikan perasaan sesungguhnya.
Bulan.
Aku kan sudah bilang kalau aku tidak menyukainya. Aku tidak suka melihatnya
bersinar. Karena aku tidak bisa membedakan antara Bulan yang sesungguhnya atau
Bulan yang mencoba terlihat ceria dihadapan semua orang.

Komentar
Posting Komentar