Perjalanan Singkat

Aku berjalan di sebuah pegunungan tandus. Di sana terdapat batu yang besar dan sangat keras. Aku bertanya pada batu yang diam di atas guguran daun pepohonan kering, "untuk apa kerasmu? Kenapa tidak melunak saja?"
Batu itu menjawab, "aku ini batu, jadi wajar jika aku keras. Andaikan aku bukan batu, aku bersedia untuk melunak."

Benar juga.. 

Aku lanjutkan perjalanan kecil ini. Di jalan cabang itu ada mawar yang mengering. Aku bertanya kepadanya, "kenapa durimu tajam? Bukankah warna cantikmu sudah memenuhi segalanya?"

Mawar itu pun menjawab, "hanya duri ini yang bisa melindungiku bahkan ketika aku mengering seperti sekarang. Warnaku hanya sesaat."

Lalu aku melihat goa yang gelap di ujung sana. Kuputuskan untuk beristirahat di dalam goa itu. Di dalam goa itu terdapat kilauan dari stalaktit kristal. Indah sekali. Kuambil sedikit untuk kubawa pulang. Segera kumasukkan dia dalam kantong yang kubawa ini. 

"Tolong jangan bawa aku! Biarkan aku di sini.. " Teriakan itu berasa dari kantongku. Langsung aku cek dan ternyata benar, si kristal itu menangis, "tolong... huu.. "

"Kenapa kamu mau di sini? Padahal di sini gelap. Aku akan membawamu ke tempat terang dan indah, " hiburku padanya. 

"Tidak perlu, aku suka di sini. "

"Kenapa? Padahal di sini sangat gelap loh"

"Justru gelap ini yang membuatku terang dan bersinar. Jika kamu membawaku keluar, pasti aku tidaklah istimewa. Kalah dengan cahaya matahari di luar sana."


Dari perjalanan ini aku belajar, bahwa kekurangan dan kelebihan kita adalah bagian dari kita. Terserah orang lain bilang apa. Semua tergantung cara kita menanganinya dan memaknainya. Jadi, tetaplah jadi diri sendiri. Segalanya adalah bagian dari dirimu. 




-Din (Sleman, 09/01/24. 21:41 WIB) 

Komentar