PSF Education
Masa Depan
Pendidikan di Indonesia
(Oleh: Dinda Ayu Salsabila)
Emang gak ada matinya kalau ngomong
masalah pendidikan di negeri kita tercinta ini. Tinggal pilih, dari A sampai Z
atau dari 0 sampai tak hingga? Kita bisa memulai pembicaraan tentang pendidikan
di Indonesia dari sisi mana saja, terserah. Gak percaya? Oke aku kasih bukti. Aku
ingin bahas yang dimulai dari huruf “M” yaitu Masa Depan Pendidikan di
Indonesia.
Masa
depan pendidikan di Nusantara ini memang harus betul-betul dipantau. Alasannya,
karena semua yang akan terjadi atau bagaimana kedepannya Indonesia itu berasal
dari kualitas penduduk pribumi atau bangsa Indonesia itu sendiri. Ngomongin masalah kualitas manusia
Indonesia, kualitas manusia Indonesia akan benar-benar bagus kalau ia
mendapatkan pendidikan atau pelajaran yang bagus pula.
Kita
sebagai bangsa Indonesia yang juga merasakan bagaimana pendidikan di Indonesia
pasti tau kalau pendidikan di Indonesia saat ini benar-benar belum merata,
alias berlubang-lubang. Pasti gak cuma aku aja
yang tau atau bahkan merasakan betapa tidak adilnya perlakuan sistem pendidikan
di Indonesia sekarang. Aku yakin betul bahwa banyak atau mungkin hampir 95%
pelajar maupun usia pelajar merasakannya. Saat ini kita tau kalau banyak warga
negara Indonesia yang usianya usia pelajar tapi sudah tidak sekolah lagi alias
putus sekolah, terutama yang berjenis kelamin perempuan. Banyak alasan yang
telah dilontarkan. Mulai dari kebiasaan masyarakat yang menganggap bahwa
sebagai perempuan sebaiknya diam di rumah dan memasak, atau sebagai laki-laki
harusnya membantu orang tua bekerja daripada buang-buang uang hanya untuk
bersekolah toh nantinya tetap aja menjadi seperti itu. Alasan lain yakni biaya
pendidikan di Indonesia yang terlalu mahal atau bisa jadi ada tangan-tangan
gatal yang sibuk meng-garuk dana
pendidikan di Indonesia. Sebenarnya masih banyak alasan yang mereka lontarkan,
tapi itu sebagian besarnya.
Baik,
aku tau atau mungkin kalian juga tau betul kalau pemikiran jahilliah dan kebiasaan buruk masyarakat Indonesia masih menjalar. Memang
tidak mudah untuk mengatasi pemikiran yang kokoh dan kebiasaan yang tentu saja
menjadi budaya masyarakat. Aku rasa, dengan hanya memberi tau, menjelaskan, dan
mengadakan sosialisai tidak akan cukup untuk mengatasi persoalan ini. Aku tau
itu karena aku telah mencoba menjelaskan dan membujuk orang tua temanku agar
temanku tetap melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Awalnya memang
berhasil, mereka mau menyekolahkan anaknya karena ada yang membantu biaya
pendidikannya. Tapi akhirnya meski biaya pendidikan telah dibantu seseorang,
anaknya atau temanku itu disuruh putus sekolah dan disuruh bekerja saja untuk
membantu perekonomian keluarganya. Oke, itu sekilas cerita fakta seputar
pemikiran bodoh sebagian masyarakat Indonesia. Sekarang, coba kita bahas cara
menanganinya. Aku benar-benar berpikir kalau semua itu berasal dari diri
sendiri baik dari niat ataupun tekad seseorang untuk bersekolah dan demi
mendapatkan hidup yang jauh lebih baik di masa mendatang. Tentunya, aku selalu
berpikir bahwa pemikiran dan kebiasaan bodoh dapat ditangani diri sendiri. Tapi
tidak jarang opiniku ini disangga, baik oleh teman-temanku ataupun orang tuaku
sendiri. Mereka malah kompak beropini kalau selain diri sendiri, pemerintah
juga harus memahami kendala atau masalah masyarakatnya, terutama mulai dari
biaya pendidikan.
Oke,
sekarang kita bahas masalah biaya pendidikan di Indonesia yang jujur, mahal. Kalian
pasti sudah tau itu, itu udah jadi rahasia umum sekaligus masalah tersendiri. Eit tapi, bukan artinya pemerintah gak
ngasih bantuan kepada kita. Buktinya aku dapat kok, baik dana BOS (Biaya
Operasional Sekolah) ataupun subsidi pendidikan dari pemerintah. Tapi jumlahnya
tidak sesuai dengan yang telah dijanjikan. Atau mungkin sesuai, tapi terkikis
oleh “garukan” tangan-tangan gatal? Entahlah.
Baik, sekarang solusinya, menurutku sebaiknya pemerintah benar-benar memantau
agar dana tersebut sampai di tangan yang benar. Tentu itu bagi banyak orang
hanyalah sebagai opini belaka karena sekarang kasih uang habis masalah. Aku benar-benar gak menyangga opini mereka, maka dari itu aku ingin pemerintah yang
berwenang dan bertugaslah yang harusnya turun di lapangan untuk memantaunya.
Selanjutnya,
bagaimana nasib pelajar di luar Pulau Jawa? Sebagian besar dari mereka benar-benar
belum mencicipi secuil pendidikan. Padahal aku benar-benar yakin kalau mereka
adalah manusia-manusia yang berkualitas kalau mereka mendapatkan pendidikan. Mungkin
solusinya yaitu dengan mendatangkan pengajar berkualitas. Tapi, itu benar-benar
sudah pemerintah lakukan. Tapi tetap saja banyak yang belum mendapatkan
pendidikan. Masalahnya, sekolah yang letaknya jauh, sedikitnya jumlah pengajar,
dan belum lagi kalau pengajar atau gurunya tidak datang karena hujan atau
apapun. Menurutku, mungkin sebaiknya pemerintah membangun pusat-pusat
pendidikan di berbagai daerah terutama setiap kabupaten atau kota agar dapat
memantau langsung proses berjalannya pendidikan dan sekolah di daerah tersebut.
Setauku, petugas seperti itu memang ada, tapi hanya setiap provinsi saja. Itulah
yang membuat tidak merata. Jadinya kan, hanya ibukota provinsi saja yang dapat
dipantau dengan jelas.
Sekarang
aku ingin menggambarkan bagaimana masa depan pendidikan di Indonesia kalau
semua masalah itu dapat tertangani. Aku yakin, pendidikan di Indonesia
benar-benar maju dan kualitas warga negara Indonesia pasti telah di atas
rata-rata atau mungkin lebih dari itu. Aku benar-benar yakin kalau teknologi di
Indonesia sudah jauh lebih canggih dan mungkin banyak hadiah “nobel” yang
diterima warga negara Indonesia akibat dari temuannya. Tapi bagaimana kalau
masalah pendidikan di Indonesia tidak dapat ditangani dan pemerintah menyerah
akan masalah tersebut? Aku yakin, pasti Indonesia tidak akan pernah bisa maju. Pendidikan
di Indonesia akan begini-begini terus atau bahkan jauh lebih buruk dan
pemikiran bodoh terus menjalar.
Tapi,
bagaimanapun masa depan pendidikan di Indonesia nantinya, semua itu tergantung pilihan
kita dan tindakan kita selanjutnya. Sesuai dengan opiniku, selain bantuan dari
pemerintah yang menjadi pemodal kita untuk masa depan yang lebih baik, niat dan
tekad kitalah yang menjadi mesin dari sebuah produk “masa depan baik”. Jadi,
masa depan mana yang kalian pilih?


Komentar
Posting Komentar